BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu Sebagai Proses
Dilihat
dari segi bahasa ilmu berarti sebuah pengetahuan sedangkan proses adalah
runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu, rangkaian tindakan,
pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk.[1]
Oleh karena itu yang dimaksud ilmu sebagai proses adalah segala sesuatu yang
telah diperbuat oleh manusia atau disebut juga aktivitas manusia yang tidak
hanya satu kegiatan melainkan suatu rangkaian kegiatan untuk mendapatkan ilmu
itulah yang dinamakan ilmu sebagai proses. Rangkaian aktivitas yang dilakukan
manusia dalah sebuah proses, dan rangkaian aktifitas itu bisa bersifat rasionalis,
kongnitif, dan teologis.
a.
Rasionalis
Aktivitas
rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar
yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri. Ilmu menampakkan
diri sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk
yang berfikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber
pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan berpikir bukan dengan perasaan,
meskipun seperti itu dikatakan Pascal, hati pun mempunyai logika tersendiri.
Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berfikir
menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran merupakan kegiatan berfikir
yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Berpangkal pada hasrat kognitif dan kebutuhan intelektualnya,
manusia melakukan rangkaian pemikiran dan kegiatan rasional dengan lingkungan
atau masyarakat yang kemudian melahirkan ilmu.
b.
Kongnitif
Kongnitif
artinya aktivitas pemikiran yang bertalian dengan; pengenalan, penyerapan,
pengkonsepsian, dalam membangun pemahaman pemahaman secara terstruktur guna
memperoleh pengetahuan[2]
Pada dasarnya ilmu
adalah sebuah proses yang bersifat kognitif, bertalian dengan proses mengetahui
dan pengetahuan. Proses kognitif adalah suatu rangkaian aktivitas seperti
pengenalan, penyerapan, pengkonsepsian, dan penalaran (antara lain) yang
dengannya manusia dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan tentang suatu
hal.
Menurut Piaget
menyatakan bahwa di dalam diri individu terjadi adaptasi terhadap lingkungan
dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
c.
Teologis
Ilmu
selain merupakan sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif, juga
bercorak teleologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan
dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Ilmu melayani sesuatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan.
Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu
itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masing-masing
ilmuwan.
B.
Ilmu Sebagai Prosedur
Ilmu
sebagai prosedur merupakann ilmu sebagai penelitian yang menggunakan metode
ilmiah, metode ilmiah inilah yang digunakan oleh para ilmuwan untuk mencari
secara sistematis pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada.
Adapun
metode ilmiah yang digunakan adalah:
a.
Pola
prosedural : pengamatan, percobaan, pengukuran, survey, deduksi, induksi dan
alias.
b.
Tata
langkah : penentuan masalah, hipotesis, pengumpulan data, kesimpulah dan
pengujian hasil.
c.
Tekhnik-tekhnik
: daftar pertanyaan, wawancara, perhitungan dan pemanasan.
d.
Alat-alat
: timbangan, meteran, perapian, computer.
Langkah-langkah
dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut:
a.
Penentuan
masalah
Secara sadar kita menetapkan masalah yang akan ditelaah dengan
ruang lingkup dan batas-batasnya.
b.
Penyusunan
kerangka masalah
Usaha untuk mendeskripsikan masalah dengan
lebih jelas.
c.
Pengajuan
hipotesis
Adalah merupakan suatu usaha untuk memberikan penjelasan sementara
mengenai hubungan sebab-akibat yang mengikat faktor-faktor yang membentuk
kerangka masalah tersebut.
d.
Deduksi
dari hipotesis
Merupakan langkah perantara dalam usaha kita untuk menguji
hipotesis yang diajukan.
e.
Pembuktian
hipotesis
Merupakan
usaha untuk mengumpulkan fakta-fakta. Jika hipotesis yang diajukan sesuai
dengan fakta-fakta dalam dunia empiris, maka hipotesis tersebut telah terbukti,
tapi jika tidak terbukti, maka hipotesis tersebut ditolak.
f.
Penerimaan
hipotesis menjadi teori ilmiah.
Setelah
hipotesis tersebut telah terbukti, maka hipotesis tersebut sudah dianggap
sebagai suatu teori ilmiyah baru.[3]
C.
Ilmu Sebagai Produk
Ilmu
sebagai hasil atau produk berupa pengetahuan sistematis, ilmu dipahami sebagai
seluruh kesatuan ide yang mengacu ke dunia obyek yang sama dan saling berkaitan
secara logis.
ilmu merupakan kumpulan pengetahuan sistematis
yang merupakan produk dari aktivitas penelitian dengan metode ilmiah/ sebagai
sistem pengetahuan, ilmu mempunyai obyek material dan obyek formal.
Obyek
material sering disebut pokok soal, sedangkan obyek material dinamakan titik
perhatian.
Ilmu
berbeda dari pengetahuan karena ciri sistematis, dan berbeda dari filsafat
karena ciri empirisnya. Ciri sistematis berarti bahwa kumpulan
pengetahuan-pengetahuan itu memiliki hubungan-hubungan ketergantungan dan
teratur.
The
Liang Gie memberikan definisi sebagai berikut tentang ilmu. Dia mengatakan:
" ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif
dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga
menghasilkan kumpulan -pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala
kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh, pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan.
"[4]
[1]
http://ardiansyahputera.wordpress.com/2010/11/07/ilmu-sebagai-proses-dan-produk/
[2]
http://paparisa.unpatti.ac.id/kuliah/mod/page/view.php?id=13
[3] Drs,
Burhanuddin Salam, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2000), hal. 25
[4] http://ardiansyahputera.wordpress.com/2010/11/07/ilmu-sebagai-proses-dan-produk/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar